Selasa, 21 Maret 2023

sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah

 

Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah



 

1)        Sejarah berdirinya Dinasti Umayyah

Setelah masa pemerintahan Khulafaurrasyidin berakhir, pemerintahan Islam dilanjutkan oleh Bani Umayyah. Bani Umayyah didirikan oleh seorang sahabat dari suku Quraisy bernama Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41 H/661 M hingga tahun 132 H/750 M melalui peristiwa tahkim.[1] Dalam peristiwa tahkim itu, khalifah Ali telah tertipu oleh siasat Muawiyah yang pada akhirnya ia mengalami kekalahan dalam segi politis. Sehingga Mu’awiyah berhasil mendapat kesempatan untuk menobatkan dirinya sebagai khalifah sekaligus raja.[2]

Kesuksesan kepemimpinan Bani Umayyah dengan sistem turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bermaksud mencontoh sistem kepemimpinan manorki di Persia dan Bizantium.[3] Masa kekuasaan Bani Umayyah yang hampir mencapai satu abad, tepatnya 90 tahun ini telah dipimpin sebanyak 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama menjabat adalah Mua'wwiyah bin Abu Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad.

Adapun urutan khalifah-khalifah yang menjabat pada masa pemerintahan Bani Umayyah adalah sebagai berikut: 1. Mu'awiyah I bin Abi Sufyan (41-60H/661-679M) 2. Yazid I bin Mu'awiyah (60-64H/679-683M) 3. Mu'awiyah II bin Yazid (64H/683M) 4. Marwan I bin Hakam (64-65H/683-684M) 5. Abdul Malik bin Marwan (65-86H/684-705M) 6. Al-Walid I bin Abdul Malik (86-96H/705-714M) 7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-717M) 8. Umar bin Abdul Aziz (99-101H/717-719M) 9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M) 10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/723-742) 11. Al-Walid II bin Yazid II (125-126H/742-743M) 12. Yazid bin Walid bin Malik (126H/743M) 13. Ibrahim bin Al-Walid II (126-127H/743-744M) 14. Marwan II bin Muhammad (127-132H/744-750M).[4]

 

2)        Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah

Berdirinya Daulah Bani Umayyah bukan berdasar pada musyawarah atau demokrasi. Jabatan raja menjadi turun-temurun, dan Daulah Islam berubah sifatnya menjadi Daulah yang bersifat kerajaan (monarki).[5] Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi ia memiliki basis rasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan.[6] Walaupun Muawiyah mengubah sistem pemerintahan dari musyawarah menjadi monarki, namun Dinasti ini tetap memakai gelar Khalifah. Namun, ia memberikan interpretasi baru untuk mengagungkan jabatan tersebut.[7]

 Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah bercorak teokratis, yaitu penguasa yang harus ditaati semata-mata karena iman. Seseorang selama menjadi mukmin tidak boleh melawan khalifahnya, sekalipun beranggapan bahwa Khalifah adalah seseorang yang memusuhi agama Allah dan tindakan-tindakan Khalifah tidak sesuai dengan hukum-hukum syariat. Dengan demikian, meskipun pemimpin Dinasti ini menyatakan sebagai Khalifah tetapi dalam prakteknya memimpin umat Islam sama sekali berbeda dengan Khalifah yang empat sebelumnya, setelah Rasulullah.[8]

 

3)        Ekspansi wilayah yang dilakukan Dinasti Umayyah

Pemerintahan Bani Umayah adalah pemerintahan yang memiliki wibawa besar, meliputi wilayah yang amat luas, mulai dari negeri Sind dan berakhir di negeri Spanyol.[9] Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik dan berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn Abdul Malik yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin ziyad, pemimpin pasukan Islam dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Ibu Kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu Kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu, pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam peperangan di luar Kota Tours, alQhafii terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.[10]

 

4)        Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai era agresif, jangka waktu 90 tahun banyak bangsa beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam. Kemajuan yang dicapai oleh dinasti Umayyah tidak hanya dalam bidang militer dan kekuasaan, melainkan juga dalam bidang lainnya seperti sastra, ilmu pengetahuan, sosial budaya, politik, dan pemerintahan.[11]

Dinasti Umayyah melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh atau para ilmuan hebat dari berbagai bidang, seperti: Imam Hanafi dan Imam Malik dari bidang ilmu fiqih, Hasan Al-Bashri dan Rabi’ah Al-Adawiyah dari bidang ilmu tasawuf, Abu Qatadah dari ilmu hadits, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas’ud dari ilmu tafsir, Abu Al-Qasim dan Abbas bin Farnas dari ilmu kimia, fisika dan farmasi, Abu Al-Qasim Az-Zahrawi dari ilmu kedokteran, Ibnu Quthiyah dari ilmu sejarah, Ali Al-Qali dari ilmu bahasa dan sastra, Al-Khawarizmi penemu angka nol (0) yang memiliki banyak karya besar dalam ilmu matematika, astronomi, geografi dan kartografi, Ibnu al-Haitham dari ilmu biologi, dan masih banyak lagi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Nur. “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran” 3 (n.d.).

Rezim Aizid. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan Dan Modern. Yogyakarta: DIVA Press, 2021.

Yasin, R. Cecep Lukman and Dedy Slamet Riyadi. History of the Arabs. Jakarta Selatan: Zaman, 2018.

Yusalia, Henny. “Daulah Umayyah Ekspansi Dan Sistem Pemerintahan Monarchiheridetis” 13 (2012).

Zainuddin, Ely. “Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah” 3 (2015).

 



[1] R. Cecep Lukman Yasin and Dedy Slamet Riyadi, History of the Arabs (Jakarta Selatan: Zaman, 2018), h. 238.

[2] Yasin and Dedy Slamet Riyadi, History of the Arabs, h. 239.

[3] Ely Zainuddin, “Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah” 3 (2015): h. 30.

[4] Zainuddin, “Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah,” h. 31.

[5] Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran” 3 (n.d.): h. 15.

[6] Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran.”

[7] Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran,” h. 14.

[8] Muhammad Nur, “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran,” h. 114.

[9] Henny Yusalia, “Daulah Umayyah Ekspansi Dan Sistem Pemerintahan Monarchiheridetis” 13 (2012).

[10] Zainuddin, “Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah.”

[11] Rezim Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan Dan Modern (Yogyakarta: DIVA Press, 2021), h. 253.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Islam Zaman Penjajahan Belanda

KERAJAAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA A. Peran Islam dan Kekuatan Pada Masa K olonial Sebelum Belanda datang ke Indonesia, Agama I...