Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
1)
Sejarah
berdirinya Dinasti Umayyah
Setelah masa pemerintahan
Khulafaurrasyidin berakhir, pemerintahan Islam dilanjutkan oleh Bani Umayyah.
Bani Umayyah didirikan oleh seorang sahabat dari suku Quraisy bernama Mu’awiyah
bin Abu Sufyan pada tahun 41 H/661 M hingga tahun 132 H/750 M melalui peristiwa
tahkim.[1]
Dalam peristiwa tahkim itu, khalifah Ali telah tertipu oleh siasat Muawiyah
yang pada akhirnya ia mengalami kekalahan dalam segi politis. Sehingga
Mu’awiyah berhasil mendapat kesempatan untuk menobatkan dirinya sebagai
khalifah sekaligus raja.[2]
Kesuksesan kepemimpinan Bani Umayyah
dengan sistem turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh
rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah.
Muawiyah bermaksud mencontoh sistem kepemimpinan manorki di Persia dan
Bizantium.[3]
Masa kekuasaan Bani Umayyah yang hampir mencapai satu abad, tepatnya 90 tahun
ini telah dipimpin sebanyak 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama menjabat
adalah Mua'wwiyah bin Abu Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah
Marwan bin Muhammad.
Adapun urutan khalifah-khalifah yang
menjabat pada masa pemerintahan Bani Umayyah adalah sebagai berikut: 1. Mu'awiyah
I bin Abi Sufyan (41-60H/661-679M) 2. Yazid I bin Mu'awiyah (60-64H/679-683M)
3. Mu'awiyah II bin Yazid (64H/683M) 4. Marwan I bin Hakam (64-65H/683-684M) 5.
Abdul Malik bin Marwan (65-86H/684-705M) 6. Al-Walid I bin Abdul Malik
(86-96H/705-714M) 7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-717M) 8. Umar bin
Abdul Aziz (99-101H/717-719M) 9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/723-742) 11. Al-Walid II bin Yazid II
(125-126H/742-743M) 12. Yazid bin Walid bin Malik (126H/743M) 13. Ibrahim bin
Al-Walid II (126-127H/743-744M) 14. Marwan II bin Muhammad (127-132H/744-750M).[4]
2)
Pola
Pemerintahan Dinasti Umayyah
Berdirinya
Daulah Bani Umayyah bukan berdasar pada musyawarah atau demokrasi. Jabatan raja
menjadi turun-temurun, dan Daulah Islam berubah sifatnya menjadi Daulah yang
bersifat kerajaan (monarki).[5]
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari
kemenangan diplomasi Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi ia
memiliki basis rasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa
depan.[6]
Walaupun Muawiyah mengubah sistem pemerintahan dari musyawarah menjadi monarki,
namun Dinasti ini tetap memakai gelar Khalifah. Namun, ia memberikan interpretasi
baru untuk mengagungkan jabatan tersebut.[7]
Pemerintahan Dinasti Bani Umayyah bercorak
teokratis, yaitu penguasa yang harus ditaati semata-mata karena iman. Seseorang
selama menjadi mukmin tidak boleh melawan khalifahnya, sekalipun beranggapan
bahwa Khalifah adalah seseorang yang memusuhi agama Allah dan tindakan-tindakan
Khalifah tidak sesuai dengan hukum-hukum syariat. Dengan demikian, meskipun
pemimpin Dinasti ini menyatakan sebagai Khalifah tetapi dalam prakteknya
memimpin umat Islam sama sekali berbeda dengan Khalifah yang empat sebelumnya,
setelah Rasulullah.[8]
3)
Ekspansi
wilayah yang dilakukan Dinasti Umayyah
Pemerintahan
Bani Umayah adalah pemerintahan yang memiliki wibawa besar, meliputi wilayah
yang amat luas, mulai dari negeri Sind dan berakhir di negeri Spanyol.[9] Di
zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukan. Disebelah timur, Muawiyah dapat
menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke
Kabul. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh
khalifah Abd al-Malik dan berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm,
Ferghana dan Markhand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai
Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke barat secara
besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn Abdul Malik yang berjalan kurang
lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara
menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. setelah
al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan, Tariq bin ziyad, pemimpin pasukan Islam
dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Tariq). Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Ibu Kota Spanyol, Kordova, dengan
cepat dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang
dijadikan ibu Kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu,
pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman
Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee.
Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai
menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang Tours. Namun dalam
peperangan di luar Kota Tours, alQhafii terbunuh, dan tentaranya mundur kembali
ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut pulau-pulau yang terdapat di Laut
Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.[10]
4)
Peradaban
Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Masa
pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai era agresif, jangka waktu 90 tahun
banyak bangsa beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam. Kemajuan yang
dicapai oleh dinasti Umayyah tidak hanya dalam bidang militer dan kekuasaan,
melainkan juga dalam bidang lainnya seperti sastra, ilmu pengetahuan, sosial
budaya, politik, dan pemerintahan.[11]
Dinasti
Umayyah melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh atau para ilmuan hebat dari
berbagai bidang, seperti: Imam Hanafi dan Imam Malik dari bidang ilmu fiqih,
Hasan Al-Bashri dan Rabi’ah Al-Adawiyah dari bidang ilmu tasawuf, Abu Qatadah
dari ilmu hadits, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas’ud dari ilmu tafsir,
Abu Al-Qasim dan Abbas bin Farnas dari ilmu kimia, fisika dan farmasi, Abu
Al-Qasim Az-Zahrawi dari ilmu kedokteran, Ibnu Quthiyah dari ilmu sejarah, Ali
Al-Qali dari ilmu bahasa dan sastra, Al-Khawarizmi penemu angka nol (0) yang
memiliki banyak karya besar dalam ilmu matematika, astronomi, geografi dan
kartografi, Ibnu al-Haitham dari ilmu biologi, dan masih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Nur. “Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani
Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran” 3 (n.d.).
Rezim Aizid. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap
Periode Klasik, Pertengahan Dan Modern. Yogyakarta: DIVA Press, 2021.
Yasin, R. Cecep Lukman and Dedy Slamet Riyadi. History
of the Arabs. Jakarta Selatan: Zaman, 2018.
Yusalia, Henny. “Daulah Umayyah Ekspansi Dan Sistem
Pemerintahan Monarchiheridetis” 13 (2012).
Zainuddin, Ely. “Perkembangan Islam Pada Masa Bani
Umayyah” 3 (2015).
[1] R. Cecep Lukman
Yasin and Dedy Slamet Riyadi, History of the Arabs (Jakarta Selatan:
Zaman, 2018), h. 238.
[2] Yasin and Dedy
Slamet Riyadi, History of the Arabs, h. 239.
[3] Ely Zainuddin,
“Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah” 3 (2015): h. 30.
[4] Zainuddin,
“Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah,” h. 31.
[5] Muhammad Nur,
“Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan
Kemunduran” 3 (n.d.): h. 15.
[6] Muhammad Nur,
“Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan
Kemunduran.”
[7] Muhammad Nur,
“Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan
Kemunduran,” h. 14.
[8] Muhammad Nur,
“Pemerintahan Islam Masa Daulat Bani Umayyah (Pembentukan, Kemajuan Dan
Kemunduran,” h. 114.
[9] Henny Yusalia,
“Daulah Umayyah Ekspansi Dan Sistem Pemerintahan Monarchiheridetis” 13 (2012).
[10] Zainuddin,
“Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah.”
[11] Rezim Aizid, Sejarah
Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan Dan Modern
(Yogyakarta: DIVA Press, 2021), h. 253.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar