Dinasti
Abbasiyah
1
Sejarah
berdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya
dinasti Abbasiyah berawal sejak merapuhnya kekuasaan Bani Umayyah yang berujung
pada keruntuhan Dinasti Umayyah di Damaskus. Dengan segala konflik yang ada
pada tubuh Bani Umayyah, menjadikan Bani Abbasiyah maju sebagai pengganti
kepemimpinan umat Islam.[1]
Setelah meruntuhkan Dinasti Umayyah dengan membunuh Marwan sebagai khalifahnya
pada tahun 750 M, Abu Al-Abbas mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah pertama
Dinasti Abbasiyah.[2]
Pusat kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad dengan mayoritas Muslim sunni.
Kekhalifahan
ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua
wilayahnya kecuali Andalusia.[3]
Bani Abbasiyah dibangun benar-benar atas dasar penyalahgunaan pemegang kendali
Bani Umayyah seperti pelanggaran, tandan, suku, dan sahabat, serta penganiayaan
terhadap Syiah, Hasyimiyah dan pengucilan terhadap Muslim Ajam. Pada saat itu
ada perkembangan bawah tanah untuk membantahnya.[4]
2
Pola
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai
656 H (1250 M).[5]
Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan maupun pendidikan Islam yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan politik, sosial, dan kultur budaya yang
terjadi pada masa-masa tersebut. Kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa
kekhalifahan Harun Ar-Rasyid yang berkuasa dari tahun 786 M sampai 809 M dan
putranya Al-Ma'mun yang berkuasa dari 813 M sampai dengan 833 M.[6]
Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan
Daulah Abbasiyah menjadi lima periode: 9 1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232
H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama. 2. Periode Kedua
(232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama. 3. Periode
Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Bani Buwaihi dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
kedua. 4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan Daulah
Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (Salajiqah
al-Kubra/Seljuk Agung). 5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa
khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di
sekitar Kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.[7]
3
Ekspansi
wilayah pada masa Dinasti Abbasiyah
Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang
menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, yaitu Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Jika pada masa Bani Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka pada
masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam.
Kalau dinasti Umayyah terdiri atas orang-orang “Arab Oriented”, dinasti Abbasiyah
lebih bersifat internasional, assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia,
Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Hal menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani
Abbasiyah adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang ini tidak hanya berasal dari bangsa Arab Muslim atau dikenal dengan kaum
mawali.[8]
4
Peradaban
islam pada masa Dinasti Abbasiyah
Peradaban Islam mengalami puncak
kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju.
Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing
terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat
pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan juga terbentuknya
mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan
berpikir.[9] Garis
Abbassiyah adalah garis Islam yang paling berhasil dalam membangun peradaban
Islam.[10]
Al-Ma’mun, pengganti Harun
Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat.
Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan
Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah,
salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah,
pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan
yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan
dan ilmu pengetahuan. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah
antara lain, menerjemah, lembaga pendidikan, pusat pusat kegiatan ilmu
pengetahuan.[11]
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan
Agama serta tokoh-tokohnya pada Masa Dinasti Abbasiyah antara lain, ilmu
kedokteran. Pengarang kedokteran yang pertama Islam adalah Ali bin Rabban Ath-
Thabari yang menulis “Firdaus al Hikmah” pada tahun 850 M. setelah Ali bin
Rabban Ath Thabari, lahir ratusan dokter dan keilmuan kedokteran Islam seperti
Ar Razi, Ali bin Al Abbas, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, Al Kindi, Al Farabi, Ar
Razi.[12]
Ilmu astronomi pada masa dinasti
Abbasiyah, digagas oleh supervisor seorang Yahudi yang baru masuk Islam, Sind
bin Ali dan Yahya bin Abi.[13]
Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat, Ia
adalah ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu
kimia di abad ke-8 M, jauh sebelum ahli kimia barat bernama John Dalton
(1766–1844M) mencetuskan teori molekul kimia.[14]
Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal
dengan Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata
mengirim cahaya ke benda yang dilihat.[15]
Di bidang matematika terkenal Muhammad
ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Tokoh-tokoh
terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi Ibnu Sina, dan Ibnu
Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa,
kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Dalam bidang
tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma’tsur,
yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para
sahabat.[16]
Ilmu Hadist Pada masa Dinasti
Abbasiyah perkembangan ilmu hadits terbagi menjadi dua periode yaitu periode
kelima dan periode keenam. Pada periode kelima dimana para ulama menghimpun dan
membukukan hadits-hadits ke dalam kitab hadits dan memisahkannya dari fatwa
sahabat.[17]
Kemudian pada periode keenam yakni dinama Ilmu hadist ini sudah mulai
berkembang, diantaranya yakni banyaknya orang yang berlomba-lomba menghafalkan
banyak hadist, memperbaiki susunan kitab-kitab hadits, Mengumpulkan kitab-kitab
hadits yang masih berserakan, dan Membuat kitab syarah atau penjelasan terhadap
kitab-kitab hadits terdahulu.[18]
Tokoh-tokoh ilmu tasawuf pada masa
Dinasti Abbasiyah di antaranya adalah Rabiah al Adawiyah, al-Muhasibi, Mansyur
al Hajjaj, Jalaludin ar Rumi dan Ibnu Arabi.[19]
Ilmu fiqih pada masa Dinansti Abbasiyah mengalami perkembangan yang sangat
pesat.[20]
DAFTAR PUSTAKA
Maryamah. “Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah”
1 (2019).
Mujayanah. Sejarah Kebudayaan Islam. Tegal:
Press2017, n.d.
Nuzairina. “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban
Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual.” Universitas Islam
Negeri Islam Sumatera Utara 3 (2020).
Rina, Estu Ratna. “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa
Dinasti Abbasiyah.” Universitas Islam Negri Walisongo (2017).
Rosanti Salsabila. “Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan
Perkembangan Pendidikan Islam Masa Modern.” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
1 (2021).
Rozak, Abdul. “Budaya
Literasi Masyarakat Islam Klasik Periode Diansti Abbasiyah” (2020).
Zubaidah, Siti. Sejarah
Peradaban Islam. Medan: Perdana Pubhlising, 2016.
[1] Nuzairina,
“Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum
Intelektual,” Universitas Islam Negeri Islam Sumatera Utara 3 (2020): h.
93.
[2] Nuzairina,
“Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum
Intelektual.”
[3] Nuzairina,
“Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum
Intelektual.”
[4] Rosanti
Salsabila, “Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa
Modern,” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1 (2021).
[5] Maryamah,
“Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah” 1 (2019).
[6] Abdul Rozak,
“Budaya Literasi Masyarakat Islam Klasik Periode Diansti Abbasiyah” (2020).
[7] Maryamah,
“Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah.”
[8] Estu Ratna
Rina, “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah,” Universitas
Islam Negri Walisongo (2017).
[9] Nuzairina,
“Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual.”
[10] Rosanti
Salsabila, “Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa
Modern.”
[11] Siti
Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam (Medan: Perdana Pubhlising, 2016).
[12] Mujayanah, Sejarah
Kebudayaan Islam (Tegal: Press2017, n.d.).
[13] Mujayanah, Sejarah
Kebudayaan Islam.
[14] Mujayanah, Sejarah
Kebudayaan Islam.
[15] Mujayanah, Sejarah
Kebudayaan Islam.
[16] Zubaidah, Sejarah
Peradaban Islam.
[17] Zubaidah, Sejarah
Peradaban Islam.
[18] Mujayanah, Sejarah
Kebudayaan Islam.
[19] Mujayanah, Sejarah
Kebudayaan Islam.
[20] Mujayanah, Sejarah
Kebudayaan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar