Selasa, 21 Maret 2023

Dinasti Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah



 

1          Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah

Berdirinya dinasti Abbasiyah berawal sejak merapuhnya kekuasaan Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan Dinasti Umayyah di Damaskus. Dengan segala konflik yang ada pada tubuh Bani Umayyah, menjadikan Bani Abbasiyah maju sebagai pengganti kepemimpinan umat Islam.[1] Setelah meruntuhkan Dinasti Umayyah dengan membunuh Marwan sebagai khalifahnya pada tahun 750 M, Abu Al-Abbas mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah.[2] Pusat kekuasaan Bani Abbasiyah di Baghdad dengan mayoritas Muslim sunni.

Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia.[3] Bani Abbasiyah dibangun benar-benar atas dasar penyalahgunaan pemegang kendali Bani Umayyah seperti pelanggaran, tandan, suku, dan sahabat, serta penganiayaan terhadap Syiah, Hasyimiyah dan pengucilan terhadap Muslim Ajam. Pada saat itu ada perkembangan bawah tanah untuk membantahnya.[4]

 

2          Pola Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai 656 H (1250 M).[5] Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintahan maupun pendidikan Islam yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan politik, sosial, dan kultur budaya yang terjadi pada masa-masa tersebut. Kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid yang berkuasa dari tahun 786 M sampai 809 M dan putranya Al-Ma'mun yang berkuasa dari 813 M sampai dengan 833 M.[6]

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbasiyah menjadi lima periode: 9 1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama. 2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama. 3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan Dinasti Bani Buwaihi dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. 4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan Daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (Salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung). 5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.[7]

 

3          Ekspansi wilayah pada masa Dinasti Abbasiyah

Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, yaitu Humaimah, Kufah dan Khurasan. Jika pada masa Bani Umayyah lebih dikenal dengan upaya ekspansinya, maka pada masa Bani Abbasiyah yang lebih dikenal adalah berkembangnya peradaban Islam. Kalau dinasti Umayyah terdiri atas orang-orang “Arab Oriented”, dinasti Abbasiyah lebih bersifat internasional, assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.

Hal menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ini tidak hanya berasal dari bangsa Arab Muslim atau dikenal dengan kaum mawali.[8]

 

4          Peradaban islam pada masa Dinasti Abbasiyah

Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan juga terbentuknya mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir.[9] Garis Abbassiyah adalah garis Islam yang paling berhasil dalam membangun peradaban Islam.[10]

Al-Ma’mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah antara lain, menerjemah, lembaga pendidikan, pusat pusat kegiatan ilmu pengetahuan.[11]

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Agama serta tokoh-tokohnya pada Masa Dinasti Abbasiyah antara lain, ilmu kedokteran. Pengarang kedokteran yang pertama Islam adalah Ali bin Rabban Ath- Thabari yang menulis “Firdaus al Hikmah” pada tahun 850 M. setelah Ali bin Rabban Ath Thabari, lahir ratusan dokter dan keilmuan kedokteran Islam seperti Ar Razi, Ali bin Al Abbas, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, Al Kindi, Al Farabi, Ar Razi.[12]

Ilmu astronomi pada masa dinasti Abbasiyah, digagas oleh supervisor seorang Yahudi yang baru masuk Islam, Sind bin Ali dan Yahya bin Abi.[13] Abu Musa Jabir bin Hayyan, atau dikenal dengan nama Geber di dunia Barat, Ia adalah ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia di abad ke-8 M, jauh sebelum ahli kimia barat bernama John Dalton (1766–1844M) mencetuskan teori molekul kimia.[14] Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat.[15]

Di bidang matematika terkenal Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma’tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat.[16]

Ilmu Hadist Pada masa Dinasti Abbasiyah perkembangan ilmu hadits terbagi menjadi dua periode yaitu periode kelima dan periode keenam. Pada periode kelima dimana para ulama menghimpun dan membukukan hadits-hadits ke dalam kitab hadits dan memisahkannya dari fatwa sahabat.[17] Kemudian pada periode keenam yakni dinama Ilmu hadist ini sudah mulai berkembang, diantaranya yakni banyaknya orang yang berlomba-lomba menghafalkan banyak hadist, memperbaiki susunan kitab-kitab hadits, Mengumpulkan kitab-kitab hadits yang masih berserakan, dan Membuat kitab syarah atau penjelasan terhadap kitab-kitab hadits terdahulu.[18]

Tokoh-tokoh ilmu tasawuf pada masa Dinasti Abbasiyah di antaranya adalah Rabiah al Adawiyah, al-Muhasibi, Mansyur al Hajjaj, Jalaludin ar Rumi dan Ibnu Arabi.[19] Ilmu fiqih pada masa Dinansti Abbasiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat.[20]

 

DAFTAR PUSTAKA

Maryamah. “Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah” 1 (2019).

Mujayanah. Sejarah Kebudayaan Islam. Tegal: Press2017, n.d.

Nuzairina. “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual.” Universitas Islam Negeri Islam Sumatera Utara 3 (2020).

Rina, Estu Ratna. “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah.” Universitas Islam Negri Walisongo (2017).

Rosanti Salsabila. “Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa Modern.” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1 (2021).

       Rozak, Abdul. “Budaya Literasi Masyarakat Islam Klasik Periode Diansti Abbasiyah” (2020).

       Zubaidah, Siti. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Pubhlising, 2016.

 



[1] Nuzairina, “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual,” Universitas Islam Negeri Islam Sumatera Utara 3 (2020): h. 93.

[2] Nuzairina, “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual.”

[3] Nuzairina, “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual.”

[4] Rosanti Salsabila, “Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa Modern,” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1 (2021).

[5] Maryamah, “Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah” 1 (2019).

[6] Abdul Rozak, “Budaya Literasi Masyarakat Islam Klasik Periode Diansti Abbasiyah” (2020).

[7] Maryamah, “Pendidikan Islam Masa Dinasti Abbasiyah.”

[8] Estu Ratna Rina, “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah,” Universitas Islam Negri Walisongo (2017).

[9] Nuzairina, “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan Dan Kebangkitan Kaum Intelektual.”

[10] Rosanti Salsabila, “Sejarah Dinasti Abbasiyah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Masa Modern.”

[11] Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam (Medan: Perdana Pubhlising, 2016).

[12] Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam (Tegal: Press2017, n.d.).

[13] Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam.

[14] Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam.

[15] Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam.

[16] Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam.

[17] Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam.

[18] Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam.

[19] Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam.

[20] Mujayanah, Sejarah Kebudayaan Islam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Islam Zaman Penjajahan Belanda

KERAJAAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA A. Peran Islam dan Kekuatan Pada Masa K olonial Sebelum Belanda datang ke Indonesia, Agama I...