Senin, 20 Maret 2023

Sejarah Peradaban Islam dan Kebudayaan Lokal


Sejarah Peradaban Islam dan Kebudayaan Lokal



 

1.        Pengertian Sejarah

Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa, pemberitahuan tentang waktu, secara istilah berarti “Keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada. Menurut Sayyid Quthb “Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme waktu dan tempat”.[1]

Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah artinya “pohon”. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa sejarah itu adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang tersusun secara kronologis.[2]

Pengertian sejarah mencakup 3 hal: silsilah, asal usul keturunan, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, ilmu pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.[3]

 

2.        Pengertian Peradaban

Kata peradaban adalah terjemahan dari kata Arab al hadharah. Dalam definisi peradaban yang dimaksud disini yakni Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, dan cepat mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.[4]

 

3.        Pengertian Kebudayaan

 

“Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. . Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.[5]

Kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, yaitu wuwud ideal, wujud kelakuan, dan wujud benda. Ki Hajar Dewantara, “kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat), yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kerusakan didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang tertib dan damai”.[6]

 

4.        Diskursus Kebudayaan dan Kebudayaan

Kebudayaan atau peradaban sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia mempunyai wujud. Unsur kebudayaan (bagian suatu dari kebudayaan), menurut C. Kluckhohn dan Koentjaraningrat, ada tujuh unsur kebudayaan, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, sistem bahasa, dan sistem kesenian. Menurut Melville J. Herskovits, ada empat unsur kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan sistem kekuasaan politik. Sementara itu, menurut Bronislaw Malinowski, unsur kebudayaan terdiri atas sistem norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga, petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan.[7]

 

5.        Hubungan Al-Qur’an Hadist dengan Peradaban

Al-Qur’an Sebagai Paradigma Peradaban Manusia, Al-Qur’an memiliki posisi yang amat terhormat dalam masyarakat Muslim di seluruh dunia. Di samping sumber hukum, pedoman moral, bimbingan ibadah, keimanan dan merupakan sumber peradaban yang bersifat historis dan universal. Kehadiran sosok Nabi Muhammad dan Al-Qur’an telah mengubah cara berpikir masyarakat arab yang saling berperang pada masa itu, diubah menjadi kekuatan yang membangun peradaban yang baik.

Hadist sebagai sumber peradaban berarti memposisikan hadist atau sunnah menjadi tolak ukur dalam kehidupan bermasyarakat. Ada banyak pesan pesan Nabi Muhammad SAW, yang diabadikan di dalam kitabkitab hadis yang mendorong manusia untuk bersikap modernis.nabi Muhammad SAW dalam salah satu sabdanya pernah berpesan, “Akan muncul berbagai fitnah, di pagi hari seseorang dalam keadaan mukmin lalu kafir di sore harinya, kecuali orang dihidupkan Allah dengan ilmu”. (HR. Ibnu Majah).

Peradaban yang maju pada dasarnya dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya: sistem pemerintahan yang tertip serta diterapkannya hukum dan peraturan yang melindungi segenap rakyat yang hidup di dalamnya, berkembangnya beragam ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju, sistem perekonomian yang maju, dan masyarakat dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan strata sosial yang lebih kompleks.

 

6.        Metodologi Penulisan Sejarah

Langkah yang sangat penting dalam membuat analisis sejarah ialah menyediakan suatu kerangka pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis tersebut. Alat analisis dalam ilmu sejarah disebut juga dengan masalah pendekatan. Penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat tergantung kepada pendekatan, yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana kita memperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan dan lain sebagainya. Demikian sejarah peradaban Islam, metode yang dapat digunakan adalah metode deskriptif, komparatif, dan analisis sintetis.[8]

Metode deskriftif ditunjukkan untuk menggambar adanya peradaban Islam tersebut, maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad yang berhubungan dengan peradaban diuraikan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami yang terkandung dalam sejarah tersebut. Metode komparatif merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah perkembangan peradaban Islam dengan peradaban Islam lainnya. Metode analisis sintesis dilakukan dengan melihat sosok peradaban Islam secara lebih kritis, ada analisis dan bahasan yang luas serta kesimpulan yang lebih kritis, ada analisis dan bahasan yang luas serta kesimpulan yang spesifik.[9]

DATAR PUSTAKA

Achiriah, and Laila Rohani. Sejarah Peradaban Islam. Perdana Pubhlising, 2018.

            Mas’ud, Sulthon. Sejarah Peradaban Islam, 2014.

            Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam. Riau: Yayasan Pustaka Riau, 2014.

            Pulungan, Suyuthi. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2017.

            Zubaidah, Siti. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Pubhlising, 2016.

 



[1] Siti Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam (Medan: Perdana Pubhlising, 2016), h. 14.

[2] Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Riau: Yayasan Pustaka Riau, 2014), h. 18.

[3] Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, h. 15.

[4] Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, h. 17.

[5] Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, h. 16.

[6] Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2017), h. 15.

[7] Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, h. 17.

[8] Achiriah and Laila Rohani, Sejarah Peradaban Islam (Perdana Pubhlising, 2018).

[9] Sulthon Mas’ud, Sejarah Peradaban Islam, 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Islam Zaman Penjajahan Belanda

KERAJAAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA A. Peran Islam dan Kekuatan Pada Masa K olonial Sebelum Belanda datang ke Indonesia, Agama I...