Selasa, 21 Maret 2023

Peradaban Turki Utsmani

 

Peradaban Turki Utsmani



 

I.         Sejarah Turki Usmani dan Peradabannya

Kerajaan Turki didirikan oleh orang Turki dari suku Kaigu Ogus, keturunan orang Tuclai yang tinggal di Gurun Gobi Barat. Mulai tahun M, wilayah Turki disebut Kekaisaran Bizantium dan diperintah oleh Romawi selama empat abad. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan dari Roma ke Konstantinopel. Pada awalnya Kesultanan Utsmaniyah hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, tetapi kemudian dengan dukungan militer tidak lama kemudian memiliki kerajaan yang besar selama pawai.[1] Selama sekitar tiga abad, mereka pindah ke Turkestan, kemudian ke Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10 Masehi. Di bawah tekanan serangan Mongol pada tahun M pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke barat pada tahun untuk mencari rumah pegunungan dengan kerabat Seljuk mereka di dataran tinggi Asia Kecil. Di bawah kepemimpinan Ertuğrul, mereka mendedikasikan untuk Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang berperang melawan Bizantium pada saat itu. Sultan Alauddin II menang dengan dukungan, dan sejak itu berkembang lebih jauh ke wilayah-wilayah baru dan memilih Kota Shukd sebagai ibu kotanya.[2]

Masa kepemimpinan Turki usmaniyah dibagi menjadi 5, pertama zaman Syafiq A. Mughni. Kehancuran oleh serangan timur dari masa pemerintahan Utsman I hingga masa pemerintahan Bayazid.Periode kedua (1402–1566), ditandai dengan kebangkitan kekaisaran dan pertumbuhan pesat. Dari Muhammad I sampai Sulaiman I. Periode ketiga (1566-1699). Periode ini ditandai dengan kemampuan Turki usmaniyah mempertahankan wilayahnya hingga kerugian Hongaria. Namun, menurun drastis dari masa pemerintahan Salim II ke Mustafa II. Periode ini ditandai dengan kemunduran kerajaan secara bertahap jatuhnya wilayah di tangan penguasa lokal sejak pemerintahan Ahmad III hingga Mahmud II pada tahun. Periode kelima (1839-1922), periode ini ditandai dengan kebangkitan budaya dan administrasi negara, di bawah pengaruh pemikiran Barat, sejak masa pemerintahan Sultan A. Dari Majid I sampai Majid II. Sebuah kerajaan, dinasti, atau khalifah telah berlangsung selama berabad-abad yaitu pada pemerintahan Ahmad III hingga Mahmud II.[3]

Kemajuan yang dicapai Turki Utsmani antara lain, Bidang Militer dan Pemerintahan Para tentara dapat mengatur dan menata sehingga negara Turki Utsmani dijuluki mesin perang terkokoh dan paling superior. ) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya Turki Utsmani sangat maju pada bidang kemiliteran, sementara dalam ilmu pengetahuan mereka tidak nampak unggul. Bidang Keagamaan Jika ditinjau dari aspek keagamaan pemerintah sangat terselubung selaras dengan Syaria’at Islam.[4]

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kehancuran kerajaan Turki Utsmani yaitu: 1) Kelemahan Para Sultan dan Sistem Birokrasi, 2) Kemerosotan Kondisi Sosial Ekonomi, 3) Munculnya Kekuatan Eropa.[5]

 

II.      Dinasti Safawi di Persia dan Peradabannya

Sebelum menjadi sebuah kerajaan besar, pada awalnya kerajaan Safawi hanya merupakan gerakan atau aliran tarekat yang didirikan oleh Safi al-Din Ishak al-Ardabily (1252-1334 M) di Ardabil, Azerbijan. Dalam perjalanannya, tarekat Safawi ini perlahan-lahan berubah dari gerakan tarekat murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia (Asia kecil) dan pengikutnya pun semakin bertambah.[6] Syah Ismail I dalam membangun dan mengembangkan Dinasti Safawiyah adalah dengan melakukan ekspansi ke beberapa wilayah yang berada di sekitar Dinasti Safawiyah. Ismail I berkuasa memimpin Dinasti Safawiyah selama 23 tahun (Tahun 1501-1524 Masehi).

Pada tahun 1493 M, mereka dibebaskan dengan syarat Ali harus membantu Rustam, putra mahkota ak-Koyunlu untuk menyingkirkan rival politiknya (sepupunya sendiri) dalam menduduki tahta kekuasaan. Setelah itu Ali kembali ke Ardabil. Karena khawatir pengaruh Ali semakin meluas, Rustam menyerang Ali (1494) dan dalam serangan tersebut Ali terbunuh. Kekuatan gerakan Safawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali. Pada saat tentara AK.Koyunlu menyerang Safawi (1494), Ismail meloloskan dirinya dan lari ke Ghilan. Ditempat persembunyiannya ia menghimpun kekuatan dan memelihara hubungan baik dengan para pengikutnya di Azerbijan, Syria dan Anatolia, selama lima tahun ia bersiap siaga dengan pasukan Qizilbasy nya yang bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501, pasukannya berhasil mengalahkan pasukan AK.Koyunlu, dengan menaklukkan Tybriz, pusat kekuasaan AK.Koyunlu. Di Kota inilah Ismail memproklamirkan dirinya sebagai Syah Ismail I, penguasa I kerajaan Safawi. Dan sepuluh tahun kemudian, kerajaan Safawi menguasai seluruh Persia. Dengan demikian semakin tegaklah kerajaan Safawi dengan sistem pemerintahan teokrat, dan menjadikan Syi’ah Itsna Asyariah sebagai mazhab resmi Negara. Demikianlah sejarah asal usul 8 pembentukan kerajaan Safawi, yang dengan eksistensinya sangat penting dalam sejarah Persia.[7]

Kemajuan-kemajan di masa kerajaan safawi, para penguasa Safawi menciptakan sentralisasi kekuatan militer dan administrasi negara dan menciptakan perangkat keagamaan yang mendukung kewenangan shah dan elit lokal. Mula-mula Shal Ismail I mengusahakan birokratisasi administrasi negara dan meningkatkan kekuasaan pejabat sentral Persia berhadapan dengan elit militer Turki. Memperoleh hak untuk berdagang secara bebas di Iran. Prestasi lain dari Safawiyah adalah membangun ibu Kota baru, yaitu Isfahan. Merupakan Kota yang sangat penting bagi perkembangan politik dan ekonomi di Iran dan sekaligus sebagai simbol legitimasi dinasti safawiyah.

Kemunduran Setelah wafatnya Abbas I (1628 M), Kerajaan Safawi diperintah oleh enam orang raja, yaitu Syafi Mirza (1628-1742 M), Abbas II (1742- 1667 M), Sulaeman (1669-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasab II (1722-1732 M) dan Abbas III (1732-1736 M). Kejayaan pada masa Abbas I tidak dapat berkembang, yang akhirnya membawa kepada kemunduran dan mengakibatkan runtuhnya kerajaan Safawi. Faktor- faktor intern mundur dan kehancuran kerajaan Safawi adalah sebagai berikut: Pada masa Safi Mirza dan Shah Abbas II, administrasi pemerintahan dirubah beberapa propinsi kaya dibawahi oleh pemerintahan pusat, diperintah langsung oleh Shah. Terjadinya perebutan kekuasaan dalam kerajaan yang disebabkan oleh tradisi penunjukan raja. Dekadensi moral para raja-raja dan watal mereka yang kejam, seperti Safi Mirza yang tidak segan-segan membunuh pembesar- pembesar kerajaan. Abbas dan Sulaiman yang pemabuk dan tidak terlalu memperhatikan kondisi kerajaan, akibatnya rakyat bersikap apatis terhadap pemerintah.

 Selanjutnya, faktor ekstern menyebabkan kemuduran, bahkan menjadi faktor kehancuran Kerajaan Safawi adalah: a. Konflik berkepanjangan dengan Turki Usmani dengan Safawi yang tidak pernah berhenti, mengakibatkan lemahnya kekuasaan Safawi b. Kelemahan-kelemahan tersebut mengundang keberanian musuh untuk merampas daerahdaerah kekuasaannya, ditambah lagi dengan banyaknya daerah dalam wilayah kekuasaan Safawi melepaskan diri dan melakukan pemberontakan-pemberontakan daerah-daerah yang melepaskan diri terhadap kerajaan. c. Dari faktor intern dan ekstern di atas, kerajaan Safawi akhirnya mengalami kehancuran dan berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia, pada tahun 1736 M yang dijatuhkan oleh Nadir Syah, seorang kepala salah satu suku bangsa Turki yang ada di Persia ketika itu.[8]

 

III.   Sejarah Dinasti Mughal di India Dan Peradabannya

Mughal merupakan Kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai Ibu Kotanya. Kemajuan peradaban Islam di India baru tercapai ketika masa pemerintahan Dinasti Mughal (1526- 1858 M). Bersama dengan dua dinasti lain semasanya, yaitu Safawi di Persia dan Utsmani di Turki, Mughal menjadi lambang kebangkitan kedua dunia Islam setelah masa klasik. Dinasti Mughal merupakan kerajaan yang didirikan oleh keturunan bangsa Mongol. Bangsa Mongol adalah bangsa yang berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuriabarat serta Turkistan Timur. Dari keturunan Timur Lenk lahirlah Abu Said yang merupakan turunan terakhirnya. Dari Abu Said munculah Umar Sheikh Mirza. Dari Umar Sheikh Mirza lahirlah Sultan Zahiruddin Muhammad Babur sebagai pendiri Kerajaan Mughal.[9]

Kerajaan Mughal didirikan oleh Sultan Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M), Sultan Zahiruddin Muhammad Babur adalah salah satu anak keturunan dari Timur Lenk pendiri Dinasti Timuriyah.[10] Sultan Zahiruddin Muhammad Babur digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Nasiruddin Muhammad Humayun yang memerintah dari tahun 1530- 1556 M. Sultan Nasiruddin Muhammad Humayun merupakan ayah dari Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar, lalu Sultan Nasiruddin Muhammad Humayun meninggal dunia pada bulan Januari 1556 M. Situasi India pada saat itu belum stabil, kemudian pemberontakan terjadi dimana-mana. Disaat yang gawat darurat itulah Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar putra dari Sultan Nasiruddin Muhammad Humayun tertua dan baru berusia 14 tahun naik tahta menggantikan ayahnya yaitu pada tahun 1556 M.[11]

Pada masa pemerintahan Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar terjadi kemajuan di berbagai bidang. Dalam bidang kesenian, Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar sangat apresiatif terhadap seni lukis yang dibuktikan dengan mendirikan sekolah seni Indo-Persia. Sedangkan di bidang pendidikan, banyak karya sastra dalam bahasa sanskerta diterjemahkan kedalam bahasa Persia, termasuk Mahabarata dan Atharva Veda.[12] Meskipun terdapat berbagai kritikan atas kebijakannya, sebagai seorang penakluk, negarawan dan penguasa, Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar menduduki posisi terdepan dalam sejarah Dinasti Mughal. Prestasi yang menjadikannya pemimpin terbesar Dinasti Mughal atau mungkin salah satu penguasa dari berbagai penguasa terbesar di dunia.

Politik Sulh-e-Kul terus diterapkan oleh penguasa setelah Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar, walaupun salah satu lembaga produknya yaitu Din-illahi dihapuskan oleh Sultan Nuruddin Muhammad Salim (Jahangir) setelah Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar Wafat. Kemajuan yang dicapai Sultan Akbar: 1. Bidang Politik dan Militer. Kemajuan politik yang berhasil dicapai adalah politik sulakhul (toleransi universal) yang kemudian melahirkan sistem Din-i-Ilahi dan Mansabdhari, 2. Bidang Ekonomi, dalam hal ini perekonomian pemerintah mengatur masalah pertanian dengan wilayah terkecil disebut Deh dan beberapa Deh bergabung dalam Pargana (kawedanan), 3. Bidang Seni dan Arsitektur, Karya seni dan arsitektur Mughal masih bisa dinikmati keindahannya sampai saat ini, 4. Bidang Agama, Sultan Akbar menerapkan konsep Din-i-Ilahi, karena kebijakannya ini sultan Akbar banyak mendapatkan kritikan. Konsep ini merupakan upaya agar dapat menyatukan beragam agama di India.[13]

DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Muhammad Basyrul. Sejarah Kerajaan Turki Utsmani Dan Kemajuannya Bagi Dunia Islam, 2018.

Putri, Rahmida, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan. “Warisan Peradaban Islam Era Turki Utsmani Sebagai Penguat Identitas Turki Modern” 1 (n.d.).

Rahman, Fathur. “Sejarah Perkembangan Islam Di Turki” 10 (2018).

Yunus, Abdul Rahim, and Abu Haif. Sejarah Islam Pertengahan. Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2016.

 

 



[1] Taqwatul Uliyah, “Kepemimpinan Kerajaan Turki Utsmani” 7, no. 2 (2021)

[2] Muhammad Basyrul Mufid, Sejarah Kerajaan Turki Utsmani Dan Kemajuannya Bagi Dunia Islam, 2018.

[3] Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam Di Turki” 10 (2018).

[4] Rahmida Putri, Haidar Putra Daulay, and Zaini Dahlan, “Warisan Peradaban Islam Era Turki Utsmani Sebagai Penguat Identitas Turki Modern” 1 (n.d.).

[5] Taqwatul Uliyah, “Kepemimpinan Kerajaan Turki Utsmani” 1, no. 2 (2021).

[6] Harjony Desky, “Kerajaan Safawi Di Persia dan Mughal di India Asal Usul, Kemajuan dan Kehancuran.”

 

[7] Desky, “Kerajaan Safawi Di Persia Dan Mughal Di India Asal Usul, Kemajuan Dan Kehancuran.”

[8] Adiyana Adam, Abd Rahim Yunus, and Syamsan Syukur, “Sejarah Perkembangan dan Kemunduran Tiga Kerajaan Islam di Abad Modern (1700-1800-An)” 8, no. 1 (2022).

[9] Abdul Rahim Yunus and Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2016).

[10] Sandi Nur Rohman, Dinasti Mughal, h. 1

[11] Sokah, Din-illahi, Kontroversi Keberagamaan Sultan Akbar Agung, (India 1560- 1605 M(Yogyakarta: Ittaqa Press, 1994),h.5

[12] Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.243.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kerajaan Islam Zaman Penjajahan Belanda

KERAJAAN ISLAM ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA A. Peran Islam dan Kekuatan Pada Masa K olonial Sebelum Belanda datang ke Indonesia, Agama I...